Selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir, karya inovasi di Indonesia telah menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah paten baik yang masih dalam status submitted maupun paten yang sudah mendapatkan status granted. Akan tetapi jika dibanding dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, jumlah inovasi Indonesia masih kurang. Belum lagi jika dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya seperti Jepang, Korea Selatan, dan China. Ini menunjukkan perlunya kesadaran setiap warga negara terutama usia muda dan produktif untuk mampu bersaing dengan menciptakan inovasi sebagai wujud kepedulian terhadap daya saing bangsa di bidang teknologi dan inovasi.
Hal tersebut melatarbelakangi Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta untuk mengadakan Kuliah Umum Ekonomi Digital dengan tema Karya Inovasi di Era Ekonomi Digital untuk memberikan pemahaman dasar mengenai Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan bagaimana mahasiswa bisa ikut andil dalam menciptakan karya inovasi selama mereka menempuh pendidikan. Acara tersebut telah dilaksanakan pada Selasa 31 Oktober 2023 yang berlangsung selama dua jam dan diikuti oleh 95 peserta serta dipandu oleh dosen pengampu mata kuliah ekonomi digital Bapak Agus Salim, S.E., M.Econ. dan Ibu Gea Dwi Asmara, S.E., M.Ec.Dev. Meskipun dilaksanakan secara daring, antusiasme peserta dalam berdiskusi sangat tinggi.
Acara dilaksanakan dalam dua sesi. Sesi pertama penyampaian materi dari Bapak Barry Nur Setyanto, S.Pd., M.Pd. yang menjadi salah satu drafter paten Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Beliau menyampaikan paparannya mengenai HKI yang mencakup Hak Cipta, Paten, Desain Industri, dan Merk. Beliau juga menyampaikan karya apa saja yang bisa dibuat oleh mahasiswa yang bisa menjadi bagian dari karya inovasi yang terdaftar dalam Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM, Republik Indonesia serta terdaftar dalam secara internasional. “Sudah saatnya anak muda terutama mahasiswa di Indonesia mulai berinovasi, karena jika dibandingkan dengan negara lain di Asia seperti China, jumlah paten kita masih kalah jauh, dimana total paten China lebih dari 600 ribu, sedangkan Indonesia masih 6 ribu”, tutur beliau kepada peserta.
Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Peserta sangat antusias mulai dari menanyakan kesesuaian project penugasan kuliah, praktek yang pernah dilaksanakan, maupun kegiatan pengabdian yang pernah diimplementasikan yang bisa memberikan peluang dibuatnya karya inovasi. Salah satu peserta menanyakan mengenai project mereka perihal automatic self-cashier untuk memecahkan masalah antrian panjang di kasir pada beberapa pusat perbelanjaan, apakah project tersebut dapat diajukan untuk mendapatkan HKI. Pertanyaan tersebut kemudian langsung dijawab oleh pemateri mengenai beberapa kemungkinan dan peluang yang bisa dilakukan oleh tim mereka. Akhirnya, setelah dua jam penyampaian materi sekaligus diskusi, acara kemudian ditutup dengan doa dan foto bersama.